Search

Gak Likuid, MI Soetrisno Bachir Tutup 4 Reksa Dana Rp 643 M - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajer investasi milik Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir yaitu PT Asia Raya Kapital membubarkan (melikuidasi) empat reksa dana saham yang dikelola perseroan berdana kelolaan Rp 643,45 miliar.

Penyebabnya adalah karena tidak likuidnya portofolio investasi di produk tersebut di pasar saham sehingga tidak dapat dijual ketika ada yang mencairkan produknya.

Dalam pengumuman perseroan di surat kabar pekan ini (30/12/19), perusahaan yang dipimpin Tri Agung Winantoro tersebut menyatakan keempat reksa dana (RD) yang dibubarkan adalah RD Syariah Asia Raya Syariah Saham Barokah dan RD Syariah Asia Raya Saham Amanah Syariah.

Dua reksa dana lain adalah RD Syariah Asia Raya Saham Unggulan Syariah dan RD Asia Raya Saham Berkembang.


"Bahwa atas dasar inisiatif manajer investasi guna melindungi seluruh kepentingan pemegang unit penyertaan, manajer investasi dan bank kustodian mencapai kesepakatan untuk membubarkan [empat] reksa dana Asia Raya," ujar pengumuman tersebut.

Ada tiga kondisi yang menyebabkan pembubaran keempat produk itu. Pertama, karena posisi kas dan setara kas dari masing-masing produk tidak cukup menalangi penjualan unit reksa dananya.

Per akhir November, data salah satu agen penjual reksa dana menunjukkan dana kelolaan (asset under management, AUM/nilai aktiva bersih, NAB) RD Syariah Asia Raya Syariah Saham Barokah dan RD Syariah Asia Raya Saham Amanah Syariah masing-masing Rp 128,46 miliar dan Rp 96,53 miliar. Namun, kas dan setara kas masing-masing produk hanya Rp 3,7 miliar dan Rp 2,16 miliar.

Dua reksa dana lain yaitu RD Syariah Asia Raya Saham Unggulan Syariah dan RD Asia Raya Saham Berkembang memiliki dana kelolaan Rp 70,12 miliar dan Rp 348,32 miliar, tetapi masing-masing kas dan setara kas produk itu hanya Rp 376,65 juta dan Rp 802,25 juta.

Kedua, sejak 7 November 2019, aksi jual atau pencairan unit keempat reksa dana perseroan (redemption) oleh nasabahnya meningkat. Padahal, penjualan itu tidak disertai aksi pembelian (subscription).

Sejak 6 November, perusahaan efek itu mencatat tidak ada nasabah yang membeli unit baru tiga reksa dana perseroan, sedangkan pembelian terakhir unit baru RD Syariah Asia Raya Saham Amanah Syariah terjadi pada 26 November.

Ketiga, tidak dapat dijualnya sebagian besar portofolio saham perseroan karena tidak adanya antrian beli (bid) di pasar saham reguler.

Antrian bid menunjukkan ada investor di pasar saham yang bersedia menawar dan menadah jika ada investor lain yang menjual sahamnya di harga tertentu. Potensi penyebab lain tidak adanya antrian bid saham adalah harga yang sudah berada di level terbawah pasar reguler, yaitu Rp 50.

Transaksi di pasar saham bisa dilakukan di tiga jenis transaksi atau tiga jenis pasar, yaitu pasar reguler, pasar negosiasi, dan pasar tunai.

Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot. Periode settlement pasar reguler dilakukan dengan periode 2 hari setelah transaksi (T + 2).

Pasar negosiasi biasa dilakukan terutama untuk transaksi besar yang berpotensi mengganggu harga pasar jika dilakukan di pasar reguler dengan tanpa ada batasan transaksi yang genap yaitu 1 lot= 100 unit saham. Sehingga, transaksi di pasar negosiasi bisa dilakukan untuk saham yang tidak berjumlah 100 unit saham dan dengan periode penyelesaian (settlement) sesuai kesepakatan.

Di lain pihak, pasar tunai digunakan untuk transaksi yang bertujuan menyelesaikan kegagalan transaksi sebelumnya di pasar reguler atau negosiasi dengan periode settlement hari itu juga (T + 0).

Untuk kinerjanya, RD Syariah Asia Raya Syariah Saham Barokah, RD Syariah Asia Raya Saham Unggulan Syariah, dan RD Asia Raya Saham Berkembang masing-masing membukukan kinerja negatif yaitu -66,47%, -66,35%, dan -55,68% sejak awal tahun lalu hingga November 2019.

Di sisi lain, RD Syariah Asia Raya Saham Amanah Syariah baru diluncurkan pada 12 April tahun ini dan membukukan pengembalian investasi (return) negatif juga, yaitu -55,67% sejak terbit hingga akhir November.

Per akhir November 2019, dana kelolaan reksa dana perusahaan efek yang dimiliki Soetrisno -yang juga mantan ketua Partai Amanat Nasional (PAN)- tersebut tercatat Rp 1,04 triliun, turun Rp 491,48 miliar (31,93%) dari posisi Rp 1,53 triliun per akhir 2018.

Dana kelolaan itu juga turun Rp 714,24 miliar (40,53%) dari posisi tertinggi sepanjang masa perseroan yaitu Rp 1,76 triliun per akhir Agustus 2019. Posisi terakhir dana kelolaan reksa dana perseroan itu menempatkan posisi perseroan di dalam tabel dana kelolaan reksa dana terbesar industri pada urutan ke-49, turun dari posisi ke-41 pada Agustus ke-47 pada Desember 2018.


Selain empat reksa dana yang dilikuidasi tersebut, perseroan masih memiliki lima produk lain di pasar, terdiri dari dua reksa dana campuran, satu reksa dana penyertaan terbatas (RDPT), satu reksa dana pasar uang, dan satu reksa dana saham.

Data OJK menunjukkan Soetrisno memiliki 89% saham Asia Raya Kapital, diiringi oleh tokoh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Syafii Antonio 10% dan PT Berkah Makmur Nusantara 1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


(irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



"jenis" - Google Berita
January 02, 2020 at 01:03PM
https://ift.tt/2FgtJ2R

Gak Likuid, MI Soetrisno Bachir Tutup 4 Reksa Dana Rp 643 M - CNBC Indonesia
"jenis" - Google Berita
https://ift.tt/2Mt5ZeO

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Gak Likuid, MI Soetrisno Bachir Tutup 4 Reksa Dana Rp 643 M - CNBC Indonesia"

Post a Comment


Powered by Blogger.