Merebaknya virus korona, membuat pemerintah China bergerak cepat menanggulanginya. Pemerintah China langsung membangun dua rumah sakit khusus pasien korona jenis baru (2019-nCoV) yaitu RS.Leishenshan dan RS. Huoshensan di Wuhan, Provinsi Hubei. Kedua rumah sakit ini berkapasitas 2.300 tempat tidur.
Selain itu, pemerintah China merilis kode genetik virus korona jenis baru yang dapat digunakan untuk mengembangkan upaya pencegahan. Dengan dikeluarkannya kode tersebut, para peneliti di dunia dapat segera meneliti dan menemukan vaksin untuk mencegah penularan wabah penyakit.
Sehari setelah diumumkan, beberapa ilmuwan mulai mengembangkan vaksin untuk melawan virus korona baru. Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat dan Moderna.Inc sudah memulai desain prototype vaksin keluarga virus korona. Mereka menggunakan metode baru yang lebih baru dan cepat yaitu menggunakan sepotong kode genetik virus korona yang disebut RNA pembawa pesan (messenger RNA/mRNA).
Ilmuwan di Australia bersama tiga perusahaan yaitu Johnson & Johnson, Moderna Therapeutics, dan Inovio Pharmaceuticals juga bekerja untuk menemukan vaksin virus korona baru. Inovio menggunakan teknologi berbasis DNA. Sementara Johnson&Johnson menyediakan vaksin melalui adenovirus. Para ilmuwan menguji partikel yang meniru struktur virus.
Pentingnya vaksin
Dalam wabah penyakit menular seperti virus korona baru, vaksin menjadi upaya pencegahan penyebaran. Vaksin dapat memberi sistem kekebalan dalam mengenali dan membangun pertahanan melawan mikroba penyebab penyakit seperti bakteri atau virus. Vaksinasi mencegah orang terinfeksi virus lebih awal. Dengan demikian, virus atau bakteri tidak dapat menyebar dari orang ke orang.
Vaksin yang ditemukan pertama kali oleh Edward Jenner pada 1796 telah berhasil mencegah berbagai penyakit seperti tetanus, hepatitis, polio, hingga wabah Ebola dan flu burung. Vaksin-vaksin tertentu wajib disuntikkan ke tubuh pada saat balita.
Vaksin diciptakan dengan berbagai pendekatan. Dalam beberapa kasus, bakteri atau virus dibunuh atau dilemahkan menjadi bahan untuk vaksin. Bakteri dan virus tersebut tidak dapat menyebabkan penyakit. Sebaliknya, virus atau bakteri ini mengatur sistem peringatan pada sel imun jika ada penyusup asing yang tidak diinginkan. Tubuh yang telah melihat mikroba asing ini membuat antibodi yang berfungsi sebagai penghancur mikroba asing dan berbahaya.
Jenis vaksin lainnya bekerja untuk mengedukasi sistem imun dengan mengekspos sel kekebalan pada protein yang dibuat virus atau bakteri. Hanya dengan satu protein ini, sel-sel imun dapat mengenalinya sebagai sesuatu yang berbahaya.
Selain itu, terdapat tiga pendekatan lagi untuk menemukan vaksin. Ketiga cara itu antara lain penggunaan virus lain yang memiliki pola RNA yang sama dengan virus, penggunaan vaksin DNA, dan kombinasi antara lima pendekatan tersebut (Kompas, 1/7/2003).
Tantangan pencegahan
Meskipun ampuh untuk mencegah penularan wabah, penemuan vaksin membutuhkan waktu selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ilmuwan harus menyelidiki wabah penyakit dari awal. Selain itu, vaksin harus diuji secara ekstensif pada hewan dan manusia. Untuk tahapan ini minimal dibutuhkan waktu satu tahun hingga vaksin dapat diedarkan di masyarakat.
Pada kejadian wabah SARS tahun 2003 dibutuhkan sekitar 20 bulan dari rilis kode genom virus untuk menghasilkan vaksin yang siap diujicobakan ke manusia. Pada epidemi virus Zika, peneliti membutuhkan waktu enam bulan untuk mengeluarkan vaksin.
Pada percobaan penemuan vaksin untuk wabah korona baru tahun ini, pihak Johnson&Johnson yang bekerja sama dengan ilmuwan Australia dan dua perusahaan lain memperkirakan butuh delapan hingga 12 bulan sebelum vaksin diuji klinis pada manusia.
Waktu ini belum termasuk proses prakualifikasi dan lisensi vaksin oleh World Health Organization (WHO). Proses ini merupakan prosedur standar untuk menentukan apakah vaksin memenuhi standar kualitas, keamanan dan kemanjuran WHO.
Tahun lalu, WHO mengumumkan prekualifikasi vaksin Ebola untuk pertama kalinya. Keberhasilan ini merupakan puncak pengembangan vaksin selama wabah Ebola Afrika Barat pada 2014-2016. Hal ini menjadi langkah awal kepastian pencegahan Ebola sebab selama lima tahun dunia berjuang mencegah Ebola tanpa vaksin.
Vaksin Ervebo yang diproduksi Merck terbukti efektif dalam melindungi orang dari virus Ebola Zaire dan direkomendasikan oleh Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO. Setelah diuji di Eropa dan Afrika dan mendapatkan prakualifikasi serta lisensi dari WHO, vaksin ini dapat digunakan di negara-negara yang berisiko terhadap wabah Ebola.
Karena membutuhkan waktu yang lama, penemuan vaksin mungkin tidak begitu membantu pada tahap awal wabah. Namun, pengembangan vaksin masih tetap dinanti sebagai aset untuk pencegahan penyakit menular. Dengan perkembangan teknologi, para ilmuwan diharapkan dapat mempercepat penemuan vaksin untuk penyakit menular yang belum tertangani.
Sembari menunggu penemuan vaksin yang tepat, yang dapat dilakukan adalah melakukan pencegahan penularan virus korona jenis baru dengan cara sederhana. Misalnya dengan mencuci tangan secara berkala dan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?
"jenis" - Google Berita
February 10, 2020 at 08:00AM
https://ift.tt/39fOMzo
Vaksin, Harapan Pencegahan Wabah Virus Korona Jenis Baru - kompas.id
"jenis" - Google Berita
https://ift.tt/2Mt5ZeO
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Vaksin, Harapan Pencegahan Wabah Virus Korona Jenis Baru - kompas.id"
Post a Comment